BANDUNG, unpas.ac.id – Wabah cacar monyet atau monkeypox (MPox) telah ditetapkan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global atau Public Health Emergency of International (PHEIC) oleh World Health Organization (WHO). Wabah ini menjadi perhatian internasional sebanyak dua kali. Pertama pada Mei 2022 dan kedua pada Agustus 2024.
Kasus cacar monyet di wilayah Asia terbilang rendah. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kasus konfirmasi cacar monyet di Indonesia hingga 17 Agustus 2024 tercatat ada 88.
Rendahnya kasus Mpox di negara-negara Asia termasuk Indonesia terjadi karena masyarakat umumnya telah mendapatkan vaksin cacar (smallpox). Hal ini diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin.
Meski terbilang rendah kasusnya di Indonesia, namun MPox harus tetap diwaspadai. Diketahui Mpox adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus MonkeyPox yaitu salah satu Spesies Genus Orthopoxvirus.
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada monyet yang dipelihara untuk tujuan penelitian pada 1958. baru ditemukan pada manusia yaitu seorang bayi di Zaire pada tahun 1970. Penyakit ini juga awalnya merupakan suatu penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia), tapi saat ini sudah terjadi penularan dari manusia ke manusia.
Penularan Infeksi Cacar Monyet
Dosen Fakultas Kedokteran Unpas Primal Sudjana, dr., Sp.PD., K-PTI., FINASIM., MH.Kes., MMRS., PIA. mengatakan penularannya bisa terjadi antarmanusia terutama melalui kontak erat dengan penderita infeksi Mpox.
“Kontak erat tersebut dapat berupa kontak kulit dengan kulit, kontak mulut dengan mulut atau mulut dengan kulit. Bisa juga melalui percikan nafas saat bicara dan batuk dengan jarak dekat,” kata dr. Primal, Jumat (13/9/2024).
Ia menjelaskan penularan juga dapat terjadi melalui peralatan yang terkontaminasi cairan tubuh penderita. Seperti melalui tindik, jarum tato atau peralatan cukur. Virus ini juga dapat menular dari ibu ke janinnya saat hamil ataupun saat melahirkan. Sedangkan penularan dari hewan sakit ke manusia dapat terjadi antara lain lewat gigitan, cakaran atau makan daging hewan tersebut.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam sub Spesialis Penyakit Tropis dan Infeksi di Rumah Sakit Pasundan ini menerangkan setelah seseorang tertular virus Mpox, biasanya setelah 6 – 13 hari baru akan timbul gejala, walaupun dapat berkisar antara 5-21 hari.
“Gejala yang timbul dikelompokan menjadi 2 fase, yaitu fase akut (prodromal) dan fase erupsi. Fase akut atau fase prodromal dapat berlangsung selama 5 hari. Gejala yang timbul antara lain berupa demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening (biasanya di leher, ketiak, selangkangan), nyeri punggung, nyeri otot, dan badan terasa letih dan lesu. Selain itu dapat juga terjadi gejala pernapasan seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk,” jelasnya.
dr. Primal menyampaikan terdapat beberapa kelompok yang rentan terinfeksi virus Mpox. Kelompok tersebut adalah para tenaga medis dan tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan terinfeksi, orang serumah, seruangan atau seasrama dengan penderita infeksi Mpox, anak-anak, orang dengan banyak pasangan seksual termasuk kelompok laki suka laki (LSL) dan para PSK beserta penggunanya.
Cara Mengatasi Infeksi Cacar Monyet
Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi infeksi MPox antara lain:
1. Bisa menghubungi tenaga medis atau tenaga kesehatan untuk mendapat bantuan/nasihat. Diam di rumah dan bila ada tinggal di kamar yang berventilasi baik
2. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau memakai hand sanitizer. Apalagi bila telah menyentuh ruam.
3. Memakai masker dan tutup ruam bila bertemu orang lain sampai ruam hilang
4. Jaga kulit tetap kering dan terbuka (kecuali bila bertemu seseorang)
5. Hindari meraba barang-barang yang tidak perlu saat berbagi ruangan/tampat dan disinfeksi ruangan sesering mungkin.
6. Kumur-kumur dengan air garam bila ada luka di mulut.
7. Mandi dengan air hangat yang diberi baking soda atau garam Epsom untuk ruam
8. Apabila nyeri atau ada demam dapat minum parasetamol.
9. Jangan mengelupas ruam atau memecahkan gelembung ruam karena akan memudahkan virus menyebar, terkena infeksi dan memperlambat penyembuhan.
“Pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan, melaksanakan gerakan Pola Hidup Bersih dan Sehat, dan melakukan vaksinasi,” pungkasnya. (Rani)