Sejarah

Universitas Pasundan (Unpas) dengan sejarah panjang yakni berdiri sejak tahun 1960 sebagai Perguruan Tinggi Pendidikan Umum, yang saat ini didukung oleh 40 (Empat Puluh) Program Studi dan 17 (Tujuh Belas) diantaranya memiliki akreditasi A (Unggul) dan pada tahun 2018 telah meraih Univeritas berakreditasi A (Unggul) berdasarkan hasil penilaian Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BAN–PT) dengan SK No.484/SK/BANPT/Akred/PT/XII/2018 tanggal 28 Desember 2018.

Pesatnya kemajuan yang dicapai ini merupakan alasan utama mengapa Universitas Pasundan sangat layak untuk membuka program studi baru, yaitu program studi kedokteran. Lahirnya Program studi baru (Program Studi Kedokteran) ini memberi manfaat bagi institusi untuk menambah eksistensi Unpas dan memperkuat sinergitas antar program studi yang sudah terlebih dahulu ada di Unpas. Lebih dari pada itu, bagi Perguruan Tinggi Unpas sebagai salah satu bagian implementasi dari visi Organisasi yang mendirikan Unpas yaitu Paguyuban Pasundan, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada ditatar sunda yang didirikan oleh para Mahasiswa Kedokteran (STOVIA) 105 tahun yang lalu. Kegiatan ini nantinya akan bekerjasama dengan Pimpinan Wilayah dan Daerah Paguyuban Pasundan, khususnya dalam hal layanan primer di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar Indonesia (Remote Area in Indonesia).

Dengan demikian, kehadiran program studi kedokteran dilingkungan Unpas diharapkan mampu menghasilkan para dokter dimana lulusannya mampu memenuhi kebutuhan akan hak atas kesehatan di Indonesia. Permasalahan kesehatan di Indonesia perlu diselesaikan secara komprehensif (Preventif-Promotif-Kuratif-Rehabilitatif), Holistik (Bio-Psiko-Sosial) dan Integratif antar bidang kesehatan maupun di luar kesehatan. Pada kondisi saat ini, dengan adanya perkembangan Industri 4.0 yang hampir seluruhnya mempergunakan teknologi, diperlukan peningkatan derajat kesehatan yang harus diiringi dengan peningkatan kesejahteraan dan kemandirian.

Masalah kesehatan di lingkungan Provinsi Jawa Barat dilihat dari kondisi demografi, masyarakat Jawa Barat secara sosioekonomi berada pada grade rendah, tingkat pendidikan tidak terlalu tinggi, banyak mitos kesehatan dan penggunaan cara tradisional termasuk untuk berobat, serta tingkat konsumsi produk tembakau yang tinggi. Selain itu Jawa Barat dimana Universitas Pasundan berada merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, data saat ini menunjukkan Jawa Barat merupakan provinsi dengan luas wilayah mencapai 35.377,76 km2 dan diprediksi memiliki jumlah penduduk 48,6 juta jiwa pada 2018. Dari jumlah tersebut. Sebanyak 33,16 juta jiwa penduduk Jawa Barat merupakan usia produktif (Usia 15-64 Tahun) dan 15,52 juta jiwa usia
tidak produktif (0-14 Tahun dan 65+ Tahun). Angka tersebut berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia 2013 yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan, Badan Pusat Statistik dan United Pupulation Fund.

Sejumlah survei yang pernah dilakukan menunjukan bahwa banyak di wilayah Provinsi Jawa Barat memiliki keterbatasan sumber daya kesehatan, mulai dari SDM kesehatan (khususnya Dokter), fasilitas kesehatan, akses informasi yang minimal, serta infrastruktur dasar. Oleh karena itu, peningkatan derajat
kesehatan masyarakat membutuhkan terobosan dan inovasi dari individu yang memiliki jiwa kewirausahaan tinggi, kolaborasi antar profesi seperti melalui penguatan peran SDM eksisting (Perawat, Bidan, dll), penggunaan teknologi dan kemajuan era digital untuk mengatasi hambatan geografis dan ketersediaan SDM, serta kearifan baik dari sisi budaya maupun agama agar dapat menghasilkan intervensi yang diterima dan mampu menyehatkan masyarakat.

× Hubungi Kami